PENGARUH
GEJALA PSIKIS DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Makalah sebagai pemenuhan tugas terhadap mata kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun
Oleh :
Tia Aulia
Dosen Pembimbing :
Noor Hidayah, S.Pd., M.Pd.
FAKULTAS
TARBIYAH
AL
MA’HAD AL ‘ALY BAITUL HALIM
BEKASI
2015
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, karena atas limpahan karunia dan rahmat dari-Nya sehingga Penulis
dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini. Salawat dan salam semoga selalu diberikan
kepada junjungan kita Nabi Muhammmad SAW, penuntun jalan kebenaran teladan bagi
umat dan rahmat bagi seluruh alam. Salam dan doa semoga terlimpah juga kepada
keluarganya, para sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini, Penulis
menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1.
kedua
orang tua Penulis yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil;
2.
Ibu
Noor Hidayah S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing;
3.
Pihak-pihak
yang telah memberikan masukan, saran, dan berupa literatur-literatur yang
menjadi rujukan dan referensi;
sehingga
dapat tersusunnya makalah yang berjudul
" Pengaruh Gejala
Psikis Dengan Psikologi Pendidikan”.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita semua dalam mempelajari
dan memahami tentang pengaruh gejala
psikis dengan Psikologi Pendidikan
.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyenyempurnaan tugas ini. Penulis berharap
semoga makalah ini berguna dan bermanfaat. Aamiin.
Bekasi,
September 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR………...........…………………………………………. i
DAFTAR
ISI..…………….……………..…………………….……………… ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. latar Belakang…………………………………………………................... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….. . 2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
MANUSIA NORMAL…………………………………... 3
B.
GEJALA PSIKOLOGIS…………………………………………………... 4
C. PEMBAGIAN
KELOMPOK DAN GEJALA GEJALA KEJIWAAN
MANUSIA NORMAL…………………………………………………... 5
1.
Gejala Kognisi………………………………………………………. 5
2.
Gejala
Emosi………………………………………………………… 8
3.
Gejala Konasi
(Kehendak)…………………………………………. 9
4. Gejala Campuran…………………………………………………… 11
D. PENGARUH GEJALA PSIKIS DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN… 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….. 18
B. Saran…………………………………………………………………......... 18
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………… 19
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya
tentang perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar sukses dalam
mendidik, kita perlu memahami perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam
memahami tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu
yang disebut sebagai psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa
manusia. Manusia sebagai suatu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani.
Apa yang hendak di selidiki oleh psikologi ialah segala sesuatu yang dapat
membarikan jawaban tentang apa sebenarnya manusia itu, mengapa ia
berbuat/berlaku demikian, apa yang mendorongnya, berbuat demikian, apa maksud
dan tujuannya ia berbuat demikian.
Manusia
dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi, dari
tingkah laku itulah orang dapat mengetahui jiwa seseorang dan tingkah laku
merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar. Pernyataan jiwa itu
kita namakan gejala-gejala jiwa, diantaranya mengamati, menanggapi, mengingat,
memikirkan, dan sebagainya. Dari itulah orang kemudian membuat defenisi : ilmu jiwa
yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian manusia normal?
2. Bagaimana pembagian kelompok dan gejala
gejala kejiwaan manusia normal?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian manusia
normal.
2. Untuk mengetahui pembagian kelompok dan
gejala gejala kejiwaan manuisa normal.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MANUSIA NORMAL
Dalam
kehidupan nyata pada dasarnya manusia menyadari bahwa perilakunya akan
menimbulkan akibat. Dibandingkan makhluk lain manusia mampu berfikir dan
meningkatkan sifat adaptif dengan cara-cara yang masuk
akal. Maka, Manusia normal merupakan manusia yang
memiliki kesadaran diri, merenungkan masa lalu, masa depan, kehidupan,
kematian serta manusia yang memiliki rasa moral, dalam artian manusia
adalah makhluk yang beretika. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. (GG.Simpson). Ciri-ciri individu yang
normal atau sehat (Warga, 1983) pada umumnya adalah sebagai berikut :
1.
Bertingkah
laku menurut norma-norma sosial yang diakui.
2.
Mampu
mengelola emosi.
3.
Mampu
mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki.
4.
Dapat
mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial.
5.
Dapat
mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk
menuntut tingkah lakunya.
6.
Mampu
menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
7.
Mampu
belajar dari pengalaman.
8.
Biasanya
gembira.
Harber
dan Runyon (1984), menyebutkan sejumlah ciri individu yang bisa dikelompokkan
sebagai normal adalah sebagai berikut :
1.
Sikap
terhadap diri sendiri. Mampu menerima diri sendiri apa adanya, memiliki
identitas diri yang jelas, mampu menilai kelebihan dan kekukarangan diri
sendiri secara realitis.
2.
Persepsi
terhadap realita. Pandangan yang realistis terhadap diri sendiri dan dunia
sekitar yang meliputi orang lain maupun segala sesuatunya.
3.
Integrasi.
Kepribadian yang menyatu dan harmonis, bebas dari konflik-konflik batin yang
mengakibatkan ketidakmampuan dan memiliki toleransi yang baik terhadap setres.
4.
Kompetensi.
Mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan aspek fisik, intelektual,
emosional, dan sosial untuk dapat melakukan koping terhadap masalah-masalah
kehidupan.
5.
Otonomi.
Memiliki ketetapan diri yang kuat, bertanggung jawab, dan penentuan diri dan
memiliki kebebasan yang cukup terhadap pengaruh soaial.
6.
Pertumbuhan
dan aktualisasi diri. Mengembangkan kecenderungan kearah peningkatan
kematangan, pengembangan potensi, dan pemenuhan diri sebagai seorang pribadi.
7.
Relasi
interpersonal. Kemampuan untuk membentuk dan memelihara relasi interpersonal
yang intim.
8.
Tujuan
hidup. Tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan, tetapi membuat tujuan
yang realistis dan masih didalam kemampuan individu.
B.
GEJALA PSIKOLOGIS
Sebelum kita membahas tentang apa
yang dimaksud gejala psikologis, tentu kita perlu mengetahui terlebih dahulu
pengertian psikologi itu sendiri. Pengertian psikologi dapat kita simpulkan
dengan cara menguraikan kata psikologi itu sendiri. Psikologi berasal dari
bahasa yunani, yaitu “psyce” yang dalam bahasa Indonesia berarti “jiwa” dan “logos”
yang berarti “ilmu pengetahuan”.Jadi psikologi adalah ilmu yang mepelajari
tentang jiwa.Namun dalam perkembangan selanjutnya lebih menekankan pada istilah
psikologi yang lebih ilmiah (berobjek, bermetode, bersistem, dan berlaku
universal), dan cakupan ilmu psikologi lebih sempit dari ilmu jiwa (etimologi).
Sehingga pengertian psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang membahas tentang
tingkah laku manusia sebagai individu dan kelompok dalam hubungannya dengan
lingkungan dalam bentuk tingkah laku terbuka dan tertutup. Dari pengertian
psikologi diatas, maka dapat kita ketahui bahwa gejala psikologis adalah gejala
yang timbul akibat dari aktifitas tingkah laku manusia dengan lingkungan dalam
bentuk terbuka dan tertutup, serta individu maupun kelompok.
C. PEMBAGIAN KELOMPOK DAN GEJALA GEJALA KEJIWAAN
MANUSIA NORMAL
Pada tiap
individu manusia yang normal pada umumnya memiliki gejala-gejala kejiwaan atau
pernyataan-pernyataan jiwa yang secara garis besarnya dalam psikologi umum
dibagi menjadi 4, diantaranya :
1.
Gejala Kognisi
Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat
pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan.
Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati
secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung,
namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan
anak untuk mengingat angka dari 1-10, atau kemampuan untuk menyelesaikan
teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi. Untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia.
Gejala kognisi meliputi :
a.
Pengamatan
Pengamatan adalah
aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek
dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan
informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk melanjutkan suatu penelitian.
Proses-proses
pengamatan adalah sebagai berikut:
1)
Penglihatan
2)
Pendengaran
3)
Rabaan
4)
Pembauan (penciuman)
5)
Pengecapan
b.
Tanggapan
Yaitu suatu bayangan
yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan.
c.
Ingatan
Ingatan adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan
pengalaman masa lalunya dan menggunakannya sebagai sumber informasi saat ini.
Proses dari mengingat adalah menyimpan suatu informasi, mempertahankan dan
memanggil kembali informasi tersebut.
Pada dasarnya
ingatan dapat dibagi dua kategori yaitu ingatan eksplisit dan implisit.
Ingatan
ini dipengaruhi oleh :
1)
Sifat perseorangan.
2)
Keadaan diluar jiwa kita (alam
sekitar, keadaan jasmani, dan sebagainya).
3)
Keadaan jiwa kita. (kemauan,
perasaan dan sebagainya).
4)
Umur kita.
Gangguan – gangguan ingatan ini banyak sekali. Dapat
kita iktisarkan sebagai berikut :
1)
Lupa, Lupa ialah peristiwa tidak
dapat mereproduksikan tanggapan – tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat.
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal – hal yang pernah diketahui, tidak
dapat di ingat kembali atau dilupakan.
2)
Amnesia ialah peristiwa tidak
dapat mereproduksi tanggapan – tanggapan kita, karena ingatan kita tidak sehat.
Misalnya karena geger otak.
3)
Deya Vu ialah suatu peristiwa
seakan-akan sudah pernah kenal sesuatu yang sebenarnya belum. (pengenalan
tipuan).
4)
Jamais Vu ialah peristiwa seakan-akan
belum pernah kenal kepada sesuatu yang sebenarnya suda. (lupa tipuan).
5)
Depersonalis ialah suatu
peristiwa, seseorang tidak mengenal dirinya sendiri. Misalnya : seseorang
berbuat sesuatu. Waktu ia ditegur, ia tidak dapat mengakui bahwa itu perbuatannya.
Dan dikatakan bahwa itu perbuatan orang lain.
6)
Derealis ialah sesuatu peristiwa
seseorang merasa asing didalam alamnya yang real, yang sebenarnya.
Misalnya : orang yang sedang naik kapal sungguh, ia merasa itu hanya permainan
saja. Lalu ia terjun ke laut, dan sebanarnya. Ada kemungkinan orang ini
meninggal karena perbuatannya itu.
d.
Fantasi
Fantasi
dapat dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi
dalam alam imajinasi melampaui dunia riil.
Secara
garis besar fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1)
Fantasi disadari (disengaja).
2)
Fantasi tidak sadar (tidak disengaja).
e. Berfikir
Terdapat dua kesimpulan arti mengenai berfikir,
yaitu:
1)
Berfikir itu adalah aktivitas.
2)
Berfikir itu sifatnya ideasional.
Jadi berfikir merupakan proses dinamis yang
dapat dilukiskan dengan proses atau jalannya.
Proses jalannya berfikir itu pada pokoknya ada
empat langkah, yaitu:
1)
Pembentukan pengertian.
2)
Pembentukan pendapat dan
3)
Penarikan kesimpulan.
4)
Psikologi Fikir
f.
Intuisi
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa
melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu
tiba-tiba datang dan diluar kesadaran. Misalnya, seseorang tiba-tiba saja
terdorong untuk membaca sebuah buku, ternyata, didalam buku itu ditemukan
keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun.
2.
Gejala Emosi
a.
Beberapa pengertian Emosi :
Menurut
Crow & Crow, emosi adalah
suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment ( penyesuaian dari dalam ) terhadap
lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.
Menurut
William James, emosi yaitu
kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek
tertentu dalam lingkungannya.
Sementara itu, Chaplin
(1989) dalam “Dictionary of Psikology”mendefinisikan emosi sebagai suatu
keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku
Dengan demikian, emosi
adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan
fisiologi disertai perasaan yang kuat biasanya mengandung kemungkinan untuk
meletus.
b.
Bentuk-bentuk
Emosi
Meskipun emosi
sedemikian rupa kompleksnya, namun Daniel Glomen (1995) sempat mengidentifikasi
sejumlah kelompok emosi, yaitu:
1) Amarah; di dalamnya meliputi beringas,
mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit,
berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
2) Kesedihan, di dalamnya meliputi, pedih,
sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa
dan depresi.
3) Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut,
gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang,
ngeri, kecut, panik dan pobia.
4) Kenikmatan, di dalamnya meliputi bahagia,
gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi,
takjub, terpesona, puas, rasa
5) terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.
6) Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan,
persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran,
dan kasih saying.
7) Terkejut, di dalamnya meliputi terkesiap,
takjub, dan terpena.
8) Jengkel, di dalamnya meliputi hina, jijik,
muak, mual, benci, tidak suka dan mau muntah.
9) Malu, di dalamnya meliputi rasa bersalah,
malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
3.
Gejala Konasi (Kehendak)
Kemauan merupakan
salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas
psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu
tujuan. Dalam istilah sehari-hari, kemauan dapat disamakan dengan kehendak dan
hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang
merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Untuk
mempermudah mempelajarinya maka gejala kehendak dibagi atas dorongan,
keinginan, hasrat, kecenderungan dan hawa nafsu.
a. Dorongan ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan
berlangsung di luar kesadaran manusia
b. Keinginan yaitu nafsu yang telah mempunyai arah tertentu dan tujuan
tertentu. Kalau dorongan sudah menuju kearah tujuan yang nyata/kongkret dan
tertentu, misalnya disitu akan terjadi dorongan keras dan terarah pada suatu
objek tertentu maka nafsu itu disebut keinginan.
c. Hasrat, ialah suatu keinginan tertentu yang
dapat diulang-ulang.
Para penulis
Psikologi pada umumnya meninjau pada hakikatnya sumber timbulnya kemauan dalam
2 kategori. Bagi yang condong pada hakikat fisik melahirkan teori yang bercorak
“biologis” sedang para ahli yang condong pada hakekat psikis, melahirkan teori
yang bercorak Psikologis.
Hasrat yang berpusat pada
Biologis/Kejasmanian
Gejala yang berpusat pada kejasmaniah
antara lain :
a) Tropisme adalah peristiwa
yang menyebabkan timbulnya gerak kearah tertentu. Gejala tropisme ini nampak
dalam hidup vegetatip dan animal.
b)
Refleks adalah gerak reaksi yang tidak disadari terhadap
perangsang-perangsang dan berlangsung diluar kemampuan..
c) Instink yaitu kemampuan
berbuat tertentu yang dibawa sejak lahir, tanpa latihan sebelumnya, namun
terarah pada tujuan dan dorongan nafsu-nafsu tertentu, tidak disadari dan
berlangsung secara mekanis. Contoh : Seekor burung selalu membuat sarangnya
selalu dengan cara yang sama,
d) Automatisme adalah
gejala-gejala yang menimbulkan gerak-gerak yang terselenggara dengan
sendirinya.
e) Kebiasaan adalah tingkah
laku yang sudah distabilkan, yang mana kebutuhan-kebutuhan tertentu mendapat
kepuasan karenanya. Disini reflek biasanya berperan dalam pembentukan
kebiasaan, pada akhirnya kebiasaan itu berlangsung secara automatis, namun
sewaktu-waktu pikiran dan kesadaran bisa difungsikan untuk memberikn pengarahan
baru bagi pembentukan kebiasaan baru.
f) Nafsu adalah dorongan yang
terdapat pada tiap-tiap manusia dan memberi kekuatan bertindak untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu.
g) Kecenderungan ialah hasrat
atau kesiapan reaktif yang tertuju pada objek konkrit, dan selalu muncul
berulangkali. Kecenderungan sama dengan kecondongan. Kecenderungan dapat
menimbulkan dasar kegemaran terhadap sesuatu.
Hasrat yang berpusat pada
Psikologis/perbuatan kemauan
a) Kemauan
adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan
dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Maka kemauan lebih tinggi
tingkatannya daripada instink, reflek, automatisme, kebiasaan, nafsu,
keinginan, kecerendungan. Hal-hal yang mempengaruhi kemauan:
1)
Keadaan Fisik: adalah pengaruh yang berhubungan dengan
kondisi jasmani, yakni; sanggup tidaknya, kuat tidaknya untuk melaksankan
keputusan kemauan.
2)
Keadaan materi: yaitu bahan-bahan, syarat-syarat dan
alat-alat yang digunakan untuk melaksankn keputusan kemauan.
3)
Keadaan Milieu (lingkungan), apakah lingkungan itu sesuai
untuk melakukan kemauan itu.
4)
Kata Hati adalah pemegang peranan samangat penting dalam
melaksankan kemauan, karena keputusan hati dapat mengalahkan
pertimbangan-pertimbangan yang lain.
4. Gejala
Campuran
Gejala campuran meliputi perhatian,
kelelahan dan sugesti
a.
Perhatian adalah reaksi umum yang menyebabkan
bertambahnya aktifitas daya konsentrasi dan fokus terhadap suatu objek , yang mempunyai tugas selektif terhadap rangsangan rangsangan yang
mengenai / sampai kepada individu.
Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Perhatian :
1) Faktor Eksternal
a)
Benda benda yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar individu
b)
Stimulus
1)
Faktor Internal
a)
Minat dan Keinginan
b)
Perasan
c)
Kebiasaan
b. Kelelahan adalah
isyarat bahwa energi tubuh kita menyusut dan menurun
c. Sugesti adalah
pengaruh yang berlangsung terhadap kehidupan psikis dan segenap perbuatan kita
baik perasaan, pikiran maupun kemauan kita yang dapat menggerakkan/menguatkan
fikiran.
D. Pengaruh Gejala Psikis
Dengan Psikologi Pendidikan
1. Perhatian
a.
Upaya mengkonsentrasikan perhatian.
Aktivitas total dari pada individu dapat
dibedakan dalam tiga lapangan konsentris :
1)
Lapangan
pusat perhatian dengan kesadaran yang penuh
2)
Lapangan
peralihan dengan kesadaran yang diffus (samar-samar).
3)
Lapangan
parifeer (batas) dengan ketidak sadaran penuh.
Diantara ketiga lapangan itu tidak
terdapat batas-batas yang tegas. Jadi luas sempitnya lapangan itu juga tidak
tetap, pada lapangan pusat perhatian misalnya terjadi perbedaan luas pada waktu
melihat panorama.
Ada 3 hal yang harus yang harus
diperhatikan agar perhatian mencapai hasil, yaitu :
1)
Inhibisi
ialah atau melingkungi aktivitas kejiwaan.
2)
Appersepsi
ialah penyempurnaan dan penyesuaian kesan yang baru dengan bantuan kesan kesan
yang sudah ada.
3)
Adaptsi
ialah kemampuan umum dari suatu makhluk hidup/manusia untuk menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Namun
demikian ketiga syarat tersebut tidak cukup untuk mencegah supaya perhatian
kita mencapai hasil. Ada 2 hal yang dapat membantu supaya perhatian mencapai
hasil yaitu :
1)
Adanya
perasaan tertentu pada suatu objek, karena perasaan membantu stabilitas
perhatian kita.
2)
Adanya
kemauan yang kuat dan kebutuhan.
b.
Hal-hal yang berhubungan
dengan perhatian dalam praktek pendidikan dan pengajaran .
1)
Dalam
belajar usahakanlah anak dapat memusatkan jiwanya kepada ajaran yang sedang
dipelajari.
2)
Hindarkanlah
segala sesuatu yang mungkin dapat menganggu perhatian anak.
3)
Bahan
pelajaran yang meningkat yang setingkat dengan kemajuan anak akan menarik
perhatian.
4)
Jangan
memaksa sesuatu yang menjadi perhatian guru, padahal belum tentu menarik
perhatian anak.
5)
Hargailah
anak dengan semestinya, termasuk apa yang menjadi perhatiannya.
6)
Bimbinglah
apa yang menjadi perhatian anak.
7)
Hal-hal
yang menjadi kebutuhanya/kehidupannya akan menarik perhatiannya. Maka
usahakanlah bahan-bahan yang sesuai dengan kebutuhannya dan bawalah kedalam
kegiatan-kegiatan yang sedapat mungkin sesuai dengan kehidupannya.
8)
Usahakanlah
pergantian dengan selang seling, agar anak tidak mudah bosan.
9)
Hubungkanlah
pelajaran yang disajikan dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya
bahan-bahan pelajaran yang lain.
10) Daya tangkap dan daya penyesuaian anak
tidak sama dengan orang dewasa, maka jangan memnuntut berjalan cepat. Berilah
waktu atau kesempatan secukupnya untuk anak melakukan penyesuaian diri.
2. Depresi
Depresi harus dibedakan dengan kesedihan
yang normal dan gangguan psikiatris lainnya. Sebelum diagnosis psikiatris
ditegakkan, kondisi organik yang mirip ataupun yang menimbulkan gejala-gejala
psikiatris harus disingkirkan terlebih dahulu seperti gangguan organik,
intoksikasi zat, ketergantungan dan abstinensi, distimia, siklotimia, gangguan
kepribadian, berkabung, serta gangguan penyesuaian.
Mengobati depresi anak yaitu dengan cara
Perawatan di rumah sakit perlu
dipertimbangkan sesuai dengan indikasi, misalnya penderita cenderung mau bunuh
diri, atau adanya penyalahgunaan atau ketergantungan obat. Pada umumnya,
penderita berhasil ditangani dengan rawat jalan. Sekali diagnosis depresi berat
ditegakkan pada anak, psikoterapi dan medikasi merupakan terapi yang harus
diberikan. Namun, pengobatan selalu bersifat individual, tergantung pada hasil
pertimbangan evaluasi anak dan keluarganya, termasuk kombinasi terapi individu,
terapi keluarga, serta konsultasi dengan pihak sekolah.
Pengobatan populasi depresi pada umumnya bersifat multi modal, meliputi anak, orangtua, dan sekolah untuk memperpendek episode depresi. Pada anak yang mengalami depresi, pengembangan kognitif dan emosi merupakan intervensi psikoterapetik yang harus dibangun. Beberapa pendekatan psikoterapi berbeda yang digunakan telah menunjukkan hasil, seperti:
a.
Psikoterapi
perorangan (individual psychotherapy).
b.
Terapi
bermain (play therapy).
c.
Terapi
berorientasi kesadaran (insight-oriented therapy).
d.
Terapi
tingkah laku (behavioral therapy).
e.
Model
stres hidup (life stress model).
f.
Psikoterapi
kognitif (cognitive psychotherapy)
g.
Lain-lain,
seperti terapi kelompok (group therapy), latihan orangtua (parent training),
terapi keluarga (family training), pendidikan remedial (remedial education),
dan penempatan di luar rumah (out of homeplacement).
3.
Lupa
Sebagai seorang
pengajar yang profesional, seorang guru harus dapat mencegah peristiwa lupa
yang sering dialami oleh siswa. Menurut
barlow, reber, dan anderson, kiat-kiat tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Overlearning,
artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi
pelajaran tertentu.
b.
Extra
study time adalah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan
frekuensi ( kekerapan ) waktu aktivitas belajar
c.
memori
atau mnemonic device yang lebih sering disebut mnemonic saja berarti kiat-kiat
khusus yang biasa dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item
informasi kedalam memori siswa. ragam mnemonic ini banyak ragamnya tetapi yang
paling menonjol adalah rima ( rhyme ), singkatan, sistem kata pasak ( peg word
system), model losai ( method of loci ), sistem kata kunci ( key word system
d.
Pengelompokan (clustering) adalah menata ulang
item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis
dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama
atau sangat mirip.
e.
Latihan
terbagi atau distributed practice adalah latihan terkumpul (massed pratice),
yang sudah dianggap tidak efektif lagi karena mendorong siswa membuat cramming,
yakni belajar banyak materi dengan tergesa-gesa dalam waktu yang singkat.
f.
Pengaruh
letak bersambung untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung
(the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama,
istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus
diingat. kata-kata yang harus diingat oleh siswa tersebut sebaiknya ditulis
dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda
dari kata-kata lainnya yang tidak perlu diingat.
4.
Ingatan
Berhubungan
adanya ingatan yang berlainan ini maka guru harus mengingat juga hal ini di
dalm memberikan bahan pelajaran kepada anak – anak, terutama harus
memperhatikan segi kelemahan. Usaha itu misalnya:
a.
Guru
jangan terlalu cepat pada ewaktu menerangkan sesuatu bahan pelajaran Tetapi
jangan pula terlalu lambat agar anak yang ingatannya cepat tidak lekas bosan.
b.
Berhubung
dengan itu janganlah terlalu banyak bahan yang diberikan di dalam satu jam
pelajaran. Sebab banyak berarti juga cepat.
c.
Bahan
pelajaran itu harus di ulang setiap ada kesempatan. Dan harus di usahakan oleh
guru agar anak – anak mengulang.
d.
Untuk
mengusahakan agar bahan pelajaran tidak mudah berubah – ubah, maka pemberian
pelajaran itu harus dapat memberikan:
1)
Pengamatan
yang mendekati kenyataan
2)
Memberi
kasan yang dalam
5.
Pengamatan
Didalam
menyajikan bahan pelajaran, guru harus berusaha supaya pengajaran itu
diberikan:
a.
Dengan
tidak terlalu cepat, sebab pengajaran itu harus jalas bagi anak – anak.
b.
Jangan
terlalu luas bahan yang diberikan sebab yang baik ialah pengetahuan yang
mendalam artinya dimengerti oleh anak.
c.
Pengajaran
itu harus diragakan, artinya tidak hanya indra pendengar saja yang bekerja.
Usaha
seorang guru dan orang tua yang mendapati anak yang cacat:
a.
Anak
yang rabun jauh: harus didudukan didepan dan anak yang rabun dekat harus
ditempatkan dibelakang.
b.
Anak
yang cacat indra pendengarnya harus didudukan ditengah – tengah supaya dapat
mendengar suara teman dan gurunya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setiap individu
manusia normal terdapat gejala-gejala kejiwaan seperti gejala pengenalan,
gejala perasaan, gejala kehendak dan gejala campuran. Gejala-gejala tersebut
banyak dipopulerkan oleh pakar psikolog eropa guna memudahkan orang dalam
mempelajarinya.
Psikologi
pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan mengkhususkan diri untuk menyelidiki
atau mempelajari dan menerangkan kegiatan-kegiatan psikis atau gejala-gejala
kejiwaan pada siswa dan solusinya bagi pendidikan.
B. Saran-Saran
1. Kita
selaku calon guru sangat perlu dan mengetahui bagaimana gejala-gejala prilaku
manusia, khususnya peserta didik untuk mempermudah dalam
proses belajar mengajar.
2. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan dapat menjadi sumber
pengetahuan bagi pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar